SALAH pilih produk untuk membersihkan Miss V, alergi dan infeksi mengancam Anda. Apa saja yang harus dihindari?
Berikut ini produk yang tak sebaiknya digunakan pada Miss V, seperti dilansir Cosmopolitan.
Apapun yang berpewangi
Jauhkan produk seperti produk sabun, tampon, tisu pembersih hingga pembalut yang berpewangi. Dikhawatirkan, pewangi akan memicu infeksi.
“Bahan kimia yang mengharumkan Miss V dapat merusak pH seimbang Miss V, menyebabkan bakteri, dan jamur mudah berkembang,” kata Mary Jane Minkin MD, profesor klinik ahli kebidanan dan kandungan Yale University School of Medicine.
Berikut ini produk yang tak sebaiknya digunakan pada Miss V, seperti dilansir Cosmopolitan.
Apapun yang berpewangi
Jauhkan produk seperti produk sabun, tampon, tisu pembersih hingga pembalut yang berpewangi. Dikhawatirkan, pewangi akan memicu infeksi.
“Bahan kimia yang mengharumkan Miss V dapat merusak pH seimbang Miss V, menyebabkan bakteri, dan jamur mudah berkembang,” kata Mary Jane Minkin MD, profesor klinik ahli kebidanan dan kandungan Yale University School of Medicine.
Penghilang bulu Miss V
Krim, losion, atau wax penghilang bulu dapat menyakitkan saat digunakan pada bulu pubik atau paha dalam.
“Bahan dasar yang digunakan produk tersebut, seperti kalsium hidroksida dapat memicu reaksi alergi. Mencukurnya ialah cara paling aman,” kata ahli kandungan, Dr Jennifer Gunter.
Bling-bling khusus Miss V
Bukan kristal penghiasnya yang berisiko terhadap kesehatan, melainkan lem yang digunakan untuk merekatkannya di pubik.
Saat lem menyentuh kulit, bisa saja Anda merasakan gatal-gatal akibat iritasi, jelas Dr Gunter.
Pelumas berbahan dasar minyak
Pelumas membuat aktivitas seks terasa mengagumkan, tapi tidak jika pelumas yang digunakan berbahan dasar minyak.
“Pelumas berbahan dasar minyak tidak mudah hilang saat Miss V dicuci, jadi pelumas akan bertahan di dalam selama beberapa hari dan membuat bakteri mudah berkembang,” sahut Jennifer Mills, ahli kandungan di Touro Infirmary, New Orleans.
Juga, minyak yang digunakan dapat merobek material lateks pada kondom sehingga meningkatkan risiko kehamilan maupun penyakit kelamin.
Pelumas berbahan dasar silikon memiliki risiko lebih kecil dalam menyebabkan infeksi, meski tidak sesuai untuk semua orang karena kekentalannya.
“Bisa juga memilih pelumas berbahan dasar air tak berpewangi dan tanpa warna,” tutup Dr Mills.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar