Rabu, 03 Agustus 2011

Tiga Disiplin Puasa Ramadan

Ada banyak makna penting dari ibadah Ramadan, salah satunya adalah mendidik kedisiplinan. Ada tiga bentuk disiplin yang dapat diperoleh dari puasa.
Pertama: disiplin dalam menunaikan kewajiban, apalagi kewajiban ini telah diharuskan kepada generasi sebelum kita. Ini berarti tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau melaksanakan segala bentuk kewajiban dalam hidup.
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS al-Baqarah [2]:183).
Utang juga kewajiban yang harus kita tunaikan, baik kepada Allah SWT maupun kepada manusia. Karena bila kewajiban puasa belum kita tunaikan dengan alasan tertentu, maka kewajiban itu tidak gugur begitu saja, tapi harus diganti dengan berpuasa pada kesempatan lain atau menggantinya dengan fidiah.
"Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidiah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui," (QS al-Baqarah [2]:184).
Kedua: disiplin dalam waktu, yakni menggunakan waktu sebaik mungkin dalam konteks pengabdian kepada Allah SWT, karenanya berpuasa dan ibadah lainnya di dalam Islam telah ditentukan waktunya.
Saat fajar atau subuh tiba, maka makan, minum serta hubungan suami istri dihentikan untuk memulai ibadah puasa. Orang yang disiplin waktunya bagus merasa lebih baik menunggu daripada terlambat.
Sedangkan bila maghrib tiba, kita harus segera makan dan minum untuk mengakhiri puasa meskipun harus menunda beberapa saat pelaksanaan salat maghrib.
Efektif dan efisien dalam menggunakan waktu sangat terasa saat bulan Ramadan.
Ketiga: disiplin dalam hukum. Sebagai manusia kita harus taat kepada hukum. Allah SWT paling tahu hukum seperti apa yang cocok untuk manusia.
Melalui puasa kita dilatih untuk disiplin dalam hukum sehingga sesuatu yang semula boleh menjadi tidak boleh. Contoh, jika makan, minum atau hubungan seksual bisa dikendalikan, seharusnya kita bisa mengendalikan diri dan disiplin dalam hukum-hukum lainnya.
"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui," (QS al-Baqarah [2]:188).
Karena itu berbahagialah kita mendapatkan kesempatan sekali lagi untuk membina diri melalui ibadah Ramadhan yang membuat kita menjadi semakin bertaqwa kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar