Sebuah survei mengenai perilaku seksual generasi muda di Indonesia
baru-baru ini menyingkap beberapa hal yang mengejutkan. Survei
menemukan, sebanyak 39 persen seks di luar nikah dilakukan anak baru
gede (ABG), dengan usia 15-19 tahun.
Sisanya, 61 persen mengaku aktif berhubungan seks di usia 20-25
tahun. Sedangkan rata-rata hubungan seks pertama kali kalangan muda
Indonesia terjadi pada usia 19 tahun.
Jajak pendapat DKT Indonesia, produsen kondom Fiesta dan Sutra
dilakukan terhadap 663 responden pria dan wanita berusia 15-25 tahun di
lima kota besar, yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan
Bali pada bulan Mei 2011.
Jajak pendapat mengungkap,
berdasarkan profesi, hubungan intim luar nikah paling banyak dilakukan
para mahasiswa, sebanyak 31 persen. Diikuti 18 persen karyawan kantor,
dan 6 persen dilakukan siswa SMA/SMP. Hubungan seks paling banyak
dilakukan bersama pacar sebanyak 88 persen, sesama jenis 9 persen, dan
PSK sebanyak 8 persen.
Sementara tempat favorit melakukan
hubungan seksual adalah di tempat kos (74 persen), hotel/motel (68
persen) dan di rumah (72 persen) -baik di rumah sendiri (34 persen) atau
di rumah pacar (29 persen). Tingginya perilaku seks di rumah maupun
rumah pacar di kalangan generasi muda disinyalir akibat rendahnya
pengawasan orangtua atau yang dituakan (ibu kos).
Selain itu,
bangunan tua, kuburan China, tangga apartemen, lapangan, pinggir kolam,
kampus, warnet, karaoke, di pinggir jalan gerbang tol dan di lorong
adalah tempat favorit lain berhubungan intim dengan pasangan luar nikah.
Todd Callahan, Country Director DKT, mengatakan, “Banyak
penemuan dalam riset tentang perilaku seks kaum muda yang sangat
mengkhawatirkan. Ini mengindikasikan perlu edukasi yang lebih dalam
untuk lebih memahami apa perilaku yang tak aman dan aman dan bagaimana
mereka dalam melindungi diri dan pasangan dari risiko infeksi HIV dan
infeksi menular seksual lainnya, kalau mereka berhubungan intim,"
katanya di Jakarta.
Zoya Amirin, psikolog seksual mengatakan,
ada dua hal pemahaman dalam hal seksual yang berkembang di Indonesia.
"Seks dianggap sesuatu yang tabu atau sebagai olok-olokan vulgar yang
cabul. Tetapi, melihat fakta dan data ini, kita sudah tidak bisa lagi
menganggap seks adalah hal yang tabu untuk dibahas di lingkungan
keluarga sekalipun."
Kemajuan teknologi, katanya, membuat remaja
dan anak muda ini dapat mengakses informasi seks dari berbagai sumber.
Itulah sebabnya pendidikan seks yang tepat dilakukan sedini mungkin
untuk mencegah remaja dan kaum muda mendapatkan informasi yang salah
dari sumber-sumber yang tidak jelas.
"Pesan saya, masyarakat
lebih terbuka tentang perilaku seksual. Hanya melalui keterbukaan ini
kita dapat memulai memperbaiki masalah seperti ancaman HIV/AIDS, aborsi
yang tidak aman, dan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar