Rabu, 02 November 2011

Benarkah G-Spot Hanya Fantasi Belaka?

Area G-spot yang selama ini dianggap sebagai penentu kepuasan bercinta ternyata hanya fantasi belaka. Hal ini dikatakan oleh para tim peneliti dari King's College London, Amerika Serikat.

Tim peneliti telah mempelajari 1.800 wanita Inggris dan tidak menemukan bukti keberadaan zona sensitif seksual, yang sering disebut G-spot.

Mereka mengungkapkan, yang selama ini disebut G-spot mungkin hanya khayalan dan imajinasi yang kemudian dijadikan istilah di majalah dan terapis seks saja. Mereka menambahkan, bahwa 'mitos' G-spot telah membuat banyak pria dan wanita merasa kehidupan seksnya kurang memuaskan.

"Banyak wanita yang percaya memiliki G-spot, disebabkan karena diet dan olahraga saja, tetapi hal itu tidak terbukti," kata salah satu peneliti Tim Spector, yang juga seorang profesor epidemiologi genetik, seperti VIVAnews kutip dari Daily Mail.

"Penelitian yang kami lakukan adalah penelitian terbesar untuk mengetahui eksistensi G-spot, dan kesimpulannya, G-spot sangat subjektif," tambah Spector

Andrea Burri, yang juga salah satu peneliti, mengungkapkan ia sangat khawatir dengan wanita yang merasa tidak memiliki G-spot. Karena hal tersebut justru bisa mempengaruhi tidak hanya aktivitas bercinta wanita, tetapi juga kepercayaan dirinya.

Penelitian ini melibatkan sekitar 1.804 wanita yang berusia antara 23 hingga 83 tahun. Mereka diberikan kuisioner seputar kehidupan seksual. Sebanyak 56 persen wanita mengungkap bahwa mereka memiliki G-spot. Tetapi wanita tersebut cenderung masih muda dan lebih aktif secara seksual. 

G-spot yang selama ini merujuk di daerah kecil pada kemaluan wanita, yang letaknya di belakang tulang kemaluan dan mengelilingi uretra ini, dipopulerkan oleh seorang seksolog, profesor Beverly Whipple dari Universitas Rutgers, New Jersey, Amerika Serikat pada tahun 1981. Sedangkan, huruf G pada G spot, diambil dari nama belakang ginekolog Jerman, Ernst Grafenberg, yang menemukan G- Spot pada tahun 1950.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar