Jumat, 10 Juni 2011

Anak Sering Mimisan, Bahayakah?

KALAU anak sesekali mimisan, masih dikategorikan wajar. Tapi jika anak sering mimisan, patut diwaspadai, bisa jadi itu merupakan gejala suatu penyakit tertentu.

Yuk, ikuti keterangan dr Fita Moeslichan, SpA bagaimana membedakan mimisan yang wajar dan mimisan yang patut diwaspadai!

Disebabkan dua faktor

Mimisan atau dalam bahasa kedokteran disebut epistaksis adalah terjadinya perdarahan dari hidung. Mimisan lebih sering dijumpai pada anak-anak daripada orang dewasa. Karena memang arteri ethmoidalis (pembuluh darah rongga hidung) anak-anak masih tipis dan rapuh. Mimisan dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu anatomis (bentuk rongga hidung), dan kelainan darah.

Secara umum hidung manusia terbagi dua, pertama anterior (bagian depan) di mana berkaitan dengan pembuluh darah yang tipis dan rapuh. Pada anak yang alergi, dia dapat menderita pilek terus menerus, sehingga terjadi sinusitis yang memicu terjadinya mimisan.

Pasalnya sekret hidung (lendir) yang dihasilkan lama kelamaan dapat menekan pembuluh darah yang tipis sehingga mudah pecah. Selain itu, pembuluh darah yang mudah pecah juga dapat dipicu oleh udara kering seperti suhu yang dingin, aktivitas fisik seperti bermain di bawah terik matahari, trauma karena benturan, jatuh, membuang ingus terlalu keras, mengorek-ngorek hidung dengan kuku atau benda tajam.

Kedua, posterior (bagian belakang) berhubungan dengan adanya gejala keganasan penyakit tertentu seperti leukemia, kelainan pembekuan darah atau hemophilia, dan jumlah trombosit menurun. Gejala awalnya juga ditandai dengan seringnya mimisan dan kadang terjadi perdarahan di bagian tubuh yang lain.

Jadi ketika anak mimisan harus dilihat apakah ada atau tidak perdarahan di bagian tubuh lainnya. Biasanya terjadi perdarahan di kulit, daerah sendi yang terlihat membiru, misalnya di sikut lengan atau lutut kaki.

Normal vs tidak normal

Untuk membedakan mimisan biasa atau tidak, perhatikan frekuensi mimisan. Apakah kejadiannya berulang atau tidak, dan amati apakah terdapat faktor pencetusnya. Bila perlu, bawa si kecil ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Penanganan mimisan pada anak, umumnya dilakukan secara multidisiplin antara dokter anak dan dokter THT.

Hentikan perdarahan!

Hal utama yang dilakukan adalah menghentikan perdarahannya, kemudian dicari penyebab mimisan itu sendiri. Penelusuran penyebab dapat dilakukan mulai dari anamnesis atau wawancara dengan pasien atau orangtuanya, pemeriksaan fisis sampai dengan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah, rongent kepala atau sinus paranasal sampai dengan CT-Scan.

Penatalaksanaan dari kasus mimisan ini juga sangat beragam bergantung penyebabnya. Jika karena alergi, jauhi pencetusnya, bila penyebabnya infeksi maka atasi infeksinya dan ajari si kecil untuk membuang ingus dengan cara yang benar.

Bila penyebabnya adalah kelainan anatomis seperti septum nasi (sekat yang membagi dua rongga hidung) yang miring, atau adanya spina (tulang yang tumbuh seperti duri) dan mimisan terus berulang, maka dokter THT biasanya akan melakukan tindakan.

Mimisan juga dapat merupakan suatu gejala atau keganasan yang ditandai dengan jumlah trombosit yang rendah, kelainan pembekuan darah yaitu hemophilia yang juga ditandai dengan adanya perdarahan di tempat lain seperti kulit dan sendi.

Pertolongan pertama saat si kecil mimisan

Jangan panik atau bingung kala si kecil mimisan. lakukanlah:

1. Dudukkan si kecil di kursi dengan posisi tegak.
2. Pencet hidung si kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk selama beberapa menit. Tekanan harus kuat tapi jangan sampai menyakiti si kecil. Ajari dia bernapas lewat mulut.
3. Kompres dengan es di pangkal hidungnya.
4. Jika perdarahan tidak juga berhenti, masukkan kain atau kapas basah yang sudah digulung untuk menekan perdarahan. Bisa juga menggunakan daun sirih.
5. Jika perdarahan masih terus berlanjut, segera bawa si kecil ke rumah sakit. Tak perlu khawatir, sebagian besar mimisan akan berhenti sendiri dengan segera, hanya sebagian kecil yang memerlukan tindakan khusus. Selama tidak terlambat mendapatkan penanganan maka komplikasi yang berat tidak terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar