Jumat, 20 Mei 2011

Pekerjaan Berkualitas Buruk Mengikis Kesehatan Mental

SETIAP orang barangkali pernah merasa rendah diri, cemas, depresi, dan kurang tidur sebagai beberapa gejala mental dan fisik akibat menganggur. Tapi, sebuah studi terbaru mengungkapkan, pekerjaan berkualitas buruk bahkan bisa lebih berbahaya daripada tidak punya pekerjaan sama sekali.

Dalam studi yang dilakukan peneliti di Washington University dan Lee University pada 2008, diungkapkan bahwa dampak psikologis dari menganggur itu juga dapat memengaruhi kesehatan fisik. Sementara itu, dalam sebuah studi pada 2009 oleh peneliti di Rutgers University, diperhitungkan pula trauma psikologis akibat kehilangan pekerjaan.

Namun, sebuah studi terbaru mengungkapkan sesuatu yang lebih mengejutkan.

''Karena bekerja dihubungkan dengan kesehatan mental yang lebih baik daripada menganggur, kebijakan telah terfokus pada risiko yang ditimbulkan oleh pengangguran, walau pun ada bukti bahwa pekerjaan berkualitas buruk, dapat mengikis kesehatan mental,'' tulis para penulis studi yang dipublikasikan di jurnal Occupational and Environmental Medicine itu, seperti dikutip situs dailyfinance.com.

Para peneliti yang melakukan penelitian di Australia ini, mendasarkan temuan mereka pada data lebih dari 7.000 orang pada usia kerja. Para responden ditanyai tentang status pekerjaan mereka, dan dinilai menggunakan inventaris kesehatan mental, yakni ukuran tekanan psikologis umum dan kesejahteraan, baik positif mau pun negatif.

Bagi mereka yang bekerja, para peneliti juga menilai kualitas pekerjaan mereka menggunakan empat faktor: tuntutan dan kompleksitas pekerjaan, tingkat kontrol, keamanan pekerjaan yang dirasakan, dan apakah karyawan berpikir mereka telah digaji secara layak atas pekerjaan yang mereka lakukan.

Kesehatan mental
Seperti yang diperkirakan, peneliti mencatat, para pengangguran memiliki kesehatan mental yang lebih buruk secara keseluruhan daripada mereka yang bekerja. Namun, studi juga menunjukkan bahwa kesehatan mental pengangguran sebanding atau bahkan lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki pekerjaan berkualitas buruk. Pada kenyataannya, mereka yang memiliki pekerjaan terburuk mengalami penurunan paling tajam dalam kesehatan mental dari waktu ke waktu.

Seiring meningkatnya jumlah kondisi kerja yang tidak menguntungkan, semakin turun pula skor kesehatan mental. Hubungan tersebut cukup kuat untuk mengatakan bahwa kualitas pekerjaan benar-benar menentukan kesehatan mental berikutnya.

Para peneliti menemukan, transisi dari menjadi pengangguran ke karyawan dengan pekerjaan berkualitas tinggi, menyebabkan peningkatan kesehatan mental. Tapi, tidak demikian halnya dengan menemukan pekerjaan berkualitas rendah setelah periode pengangguran. Faktanya, transisi yang terakhir bahkan lebih merugikan kesehatan mental daripada tetap menganggur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar