Sabtu, 14 Mei 2011

Lima Tahap Krusial dalam Pernikahan

SETIAP pernikahan tidak diciptakan sama antara satu dengan yang lain. Akan tetapi, semuanya berjalan melalui beberapa tahap yang sama dan dapat diprediksi.

Waktu masing-masing tahap ini barangkali berbeda dan cara menghadapinya pun mungkin tidak serupa. Namun, menurut Rita DeMaria Ph.D., seorang terapis perkawinan dan keluarga seperti dikutip situs glo.msn.com, sangat penting untuk memahami setiap tahapan tersebut guna membantu Anda dan keluarga dalam melewatinya.

Tahap 1: Bulan madu
Tahun pertama dan kedua pernikahan (tergantung kapan Anda dikaruniai anak) biasanya merupakan masa-masa paling bergairah dalam pernikahan. Fokus Anda biasanya hanya untuk pasangan dan kebersamaan yang sedang dijalani.

Tahapan ini penuh dengan hal-hal indah seperti nafsu, kasih sayang, dan aktivitas seksual larut malam. Nikmati masa-masa bahagia ini sedapat mungkin. Temukan pula jati diri Anda berdua sebagai pasangan, dan luangkan waktu untuk membayangkan bagaimana menjalani pernikahan Anda ke depan.

Tahap 2: Penyesuaian
Tahapan ini mencakup apa yang disebut DeMaria sebagai tahap realisasi, di mana Anda belajar tentang hal-hal yang mungkin tidak Anda ketahui tentang kelebihan pasangan, kelemahannya, dan kebiasaan-kebiasaan pribadinya. Selepas masa bulan madu, sebelum kehadiran anak-anak, perebutan kekuasaan mulai dapat timbul karena kedua pihak harus menyatukan tujuan bersama.

Ketika masa bulan madu memudar dan realitas mulai menghadang, Anda perlu secara aman menavigasi apa yang dapat menjadi zona berbahaya perceraian dari sebuah perkawinan muda, kata Beverly Hyman. Ph.D., penulis buku How to Know If It's Time To Go: A 10-Step Reality Test for Marriage. Setelah beberapa tahun, terlalu banyak pasangan suami-istri yang menemukan bahwa mereka memiliki tujuan berbeda dalam hidup.

Tahap 3: Keluarga
Inilah 'daging' dari pernikahan, yakni tahun-tahun yang Anda habiskan sebagai keluarga lengkap dengan kehadiran anak-anak. Menurut Hyman, periode ini bisa menjadi tantangan tersendiri karena adanya berbagai tantangan dan kewajiban baru, mulai dari anak, hipotek, pekerjaan yang menuntut dan lain sebagainya.

''Perhatikan secara seksama pernikahan Anda,'' saran Hyman. Jangan berasumsi bahwa hubungan Anda akan baik-baik saja jika salah satu pihak tidak memberikan kontribusinya. Salah satu hal terpenting dalam membangun pernikahan yang abadi adalah komunikasi yang jujur dan terbuka.

Menurut DeMaria, ledakan tiba-tiba juga mungkin muncul kapan pun dalam kehidupan pernikahan. Masa-masa ini muncul ketika penyebab stres utama dalam kehidupan pernikahan tiba seperti masalah kesuburan, kematian dalam keluarga, penyakit serius atau kehilangan pekerjaan yang mengarah kepada gejolak ekonomi gawat.

Cari dukungan baik secara terpisah mau pun bersama-sama, tergantung situasi yang dihadapi. Minta nasihat dan bimbingan dari teman-teman, keluarga, konselor agama, atau terapis profesional, saran DeMaria.

Tahap 4: Hanya berdua
Ketika anak-anak semua telah tumbuh dewasa dan keluar dari rumah untuk melanjutkan kehidupan mereka, Anda pun akan kembali berduaan saja bersama suami. Skenario terbaik, menurut DeMaria adalah reuni, ketika Anda berdua bisa membongkar berbagai memori usang dan bersenang-senang.

Tetapi, banyak pasangan merasa harus berjuang lagi untuk menghadapi masa-masa ini. Luangkan waktu untuk mencari tahu hal apa yang dapat Anda lakukan secara terpisah dan bersama-sama.

Tahap 5: Anda berhasil
Anda telah menikmati segalanya, mulai dari gairah, cinta, dan datangnya kekacauan dalam kehidupan berkeluarga. Teruslah menunjukkan kasih sayang terhadap satu sama lain. Anak-anak dan cucu-cucu Anda tentu akan bersemangat kembali ke rumah yang hangat dan dipenuhi kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar